Sebagaimana dikatakan Jumhur ulama, bahwa sesungguhnya berpikir itu dalam lima hal, yaitu :
a. Berpikir mengenai tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, sehingga lahir tauhid dan keyakinan kepada Allah.
b. Berpikir mengenai kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan, sehingga lahir rasa cinta dan syukur kepada Allah.
c. Berpikir tentang janji-janji Allah, sehingga lahir rasa cinta kepada akhirat.
d. Berpikir tentang ancaman Allah, sehingga lahir rasa takut kepada Allah.
e. Berpikir tentang sejauhmana ketaatannya kepada Allah, padahal Allah selalu berbuat baik kepadanya, sehingga lahir kegairahan dalam beribadah.
Sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya :
" Perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi."
" Dan di bumi terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang yakin kepada Allah dan pada diri kamu sekalian, tidakkah kamu sekalian berpikir."
Dan akan Kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Kami di alam semesta dan pada diri mereka sehingga jelas bagi mereka bahwa Allah itu benar (yang hak)."
" Dan apabila kamu hendak menghitung banyaknya nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu, agar kamu sekalian mendapat kebahagiaan."
Sabda Nabi Saw yang artinya :
" Berpikir sesaat tentang sesuatu yang Allah ciptakan nilainya lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun."
" Berpikirlah kamu tentang tanda-tanda kebesaran Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Zat Allah, karena kamu tidak akan mampu memikirkannya (mengetahuinya) secara hakiki."
Sebagian ulama ahli makrifat mengatakan :
" Berpikir itu bagaikan pelita hati, apabila daya berpikir itu hilang, maka hilanglah cahaya baginya."
Syeh Al Hifni mengatakan :
" Berpikir tentang apa-apa yang telah Allah ciptakan, sakaratulmaut, siksa kubur, dan kesulitan-kesulitan di hari kiamat itu lebih baik daripada banyak beribadah, karena di dalam proses berpikir itu mengandung hal yang positif (yang baik)."
Imam Khalil Ar Rasyidi mengatakan :
" Berpikir tidak akan berhasil, kecuali membiasakan zikir dengan lisan yang disertai kekhusyu'an hati, sehingga memungkinkan adanya zikir di dalam hatinya, sedangkan keberhasilan ukuran ini, ditangguhkan pada adanya makrifat."
Ibrahim Ar Raqi mengatakan :
" Berpikir adalah menetapkan (mencari) kebenaran sesuatu berdasarkan apa yang ada padanya, yang dapat mengeluarkannya dari segala sesuatu yang membingungkan." (Sumber : Kitab Nashaihul Ibad/Ibnu Hajar Al Asqalani)
Wassalamu'alaikum.
a. Berpikir mengenai tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, sehingga lahir tauhid dan keyakinan kepada Allah.
b. Berpikir mengenai kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan, sehingga lahir rasa cinta dan syukur kepada Allah.
c. Berpikir tentang janji-janji Allah, sehingga lahir rasa cinta kepada akhirat.
d. Berpikir tentang ancaman Allah, sehingga lahir rasa takut kepada Allah.
e. Berpikir tentang sejauhmana ketaatannya kepada Allah, padahal Allah selalu berbuat baik kepadanya, sehingga lahir kegairahan dalam beribadah.
Sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya :
" Perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi."
" Dan di bumi terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang yakin kepada Allah dan pada diri kamu sekalian, tidakkah kamu sekalian berpikir."
Dan akan Kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Kami di alam semesta dan pada diri mereka sehingga jelas bagi mereka bahwa Allah itu benar (yang hak)."
" Dan apabila kamu hendak menghitung banyaknya nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu, agar kamu sekalian mendapat kebahagiaan."
Sabda Nabi Saw yang artinya :
" Berpikir sesaat tentang sesuatu yang Allah ciptakan nilainya lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun."
" Berpikirlah kamu tentang tanda-tanda kebesaran Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Zat Allah, karena kamu tidak akan mampu memikirkannya (mengetahuinya) secara hakiki."
Sebagian ulama ahli makrifat mengatakan :
" Berpikir itu bagaikan pelita hati, apabila daya berpikir itu hilang, maka hilanglah cahaya baginya."
Syeh Al Hifni mengatakan :
" Berpikir tentang apa-apa yang telah Allah ciptakan, sakaratulmaut, siksa kubur, dan kesulitan-kesulitan di hari kiamat itu lebih baik daripada banyak beribadah, karena di dalam proses berpikir itu mengandung hal yang positif (yang baik)."
Imam Khalil Ar Rasyidi mengatakan :
" Berpikir tidak akan berhasil, kecuali membiasakan zikir dengan lisan yang disertai kekhusyu'an hati, sehingga memungkinkan adanya zikir di dalam hatinya, sedangkan keberhasilan ukuran ini, ditangguhkan pada adanya makrifat."
Ibrahim Ar Raqi mengatakan :
" Berpikir adalah menetapkan (mencari) kebenaran sesuatu berdasarkan apa yang ada padanya, yang dapat mengeluarkannya dari segala sesuatu yang membingungkan." (Sumber : Kitab Nashaihul Ibad/Ibnu Hajar Al Asqalani)
Wassalamu'alaikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar